Kompi Entjoeng adalah nama lain untuk Tentara Peladjar Kompi 340 yang
dibentuk di Purwokerto. Komandannya bernama Entjoeng Abdoellah Sadjadi,
kelahiran Jeruklegi Cilacap tahun 1928. Pada waktu duduk di kelas 3
SMP Entjoeng sudah menjadi komandan regu kompi Pasukan Polisi Pelajar di
Semarang dan terlibat dalam Pertempuran Lima Hari di kota Semarang.
Setelah proklamasi kemerdekaan ia pulang dan melanjutkan sekolah di
Purwokerto.
Kompi Entjoeng inilah yang menjaga kota Purwokerto waktu Agresi Belanda I pada tanggal 31 Juli 1947. Tentara RI pada waktu itu menghadang di daerah Tasikmalaya dan Bumiayu karena mengira Belanda akan datang dari arah sana. Ternyata Belanda masuk dari Sokaraja sehingga dengan tergesa-gesa semua Instansi Republik meninggalkan Purwokerto dan Kompi Entjoeng diperintahkan untuk mengadakan bumi hangus di Purwokerto. Bersama pasukan lainnya, Kompi Entjoeng melancarkan serangan malam ke asrama militer Belanda beberapa hari kemudian. Keesokan harinya Belanda membalas dan jatuh beberapa korban, diantaranya Kakekat Kusumo Kartanegara, kemenakan Bupati Banyumas Sudjiman Gandasubrata. Dua anak Sudjiman yaitu Adjito dan Purwoto Gandasubrata juga ikut bergabung dan bertempur sebagai Tentara Pelajar. Setelah masa gencatan senjata, Kompi Entjoeng dipecah dan digabung dalam kompi baru sampai kemudian seluruh Tentara Peladjar digabung dalam Brigade 17/Tentara Peladjar. Brigade tersebut didemobilisasi tahun 1951, Entjoeng melanjutkan karir militernya dan pernah menjabat sebagai
Kapuspen Hankam dengan pangkat terakhir Brigadir Jendral sebelum meninggal tahun 1983 pada umur 55 tahun. Namanya dipakai sebagai salah satu jalan di Purwokerto.
Kompi Entjoeng inilah yang menjaga kota Purwokerto waktu Agresi Belanda I pada tanggal 31 Juli 1947. Tentara RI pada waktu itu menghadang di daerah Tasikmalaya dan Bumiayu karena mengira Belanda akan datang dari arah sana. Ternyata Belanda masuk dari Sokaraja sehingga dengan tergesa-gesa semua Instansi Republik meninggalkan Purwokerto dan Kompi Entjoeng diperintahkan untuk mengadakan bumi hangus di Purwokerto. Bersama pasukan lainnya, Kompi Entjoeng melancarkan serangan malam ke asrama militer Belanda beberapa hari kemudian. Keesokan harinya Belanda membalas dan jatuh beberapa korban, diantaranya Kakekat Kusumo Kartanegara, kemenakan Bupati Banyumas Sudjiman Gandasubrata. Dua anak Sudjiman yaitu Adjito dan Purwoto Gandasubrata juga ikut bergabung dan bertempur sebagai Tentara Pelajar. Setelah masa gencatan senjata, Kompi Entjoeng dipecah dan digabung dalam kompi baru sampai kemudian seluruh Tentara Peladjar digabung dalam Brigade 17/Tentara Peladjar. Brigade tersebut didemobilisasi tahun 1951, Entjoeng melanjutkan karir militernya dan pernah menjabat sebagai
Kapuspen Hankam dengan pangkat terakhir Brigadir Jendral sebelum meninggal tahun 1983 pada umur 55 tahun. Namanya dipakai sebagai salah satu jalan di Purwokerto.
No comments:
Post a Comment